batik-jambi

Batik Jambi

Membicarakan tentang batik memang tidak aka nada habisnya. Kali ini akan dibahas salah satu batik di luar Pulau Jawa yang memiliki beragam motif yang jarang terdengar, namun kaya akan nilai budaya nya. Batik jambi pada dasarnya banyak berisi tentang keindahan alam yang tercermin pada motif flora dan faunanya. Pertama kali batik di Jambi ditemukan oleh Tasilo Adam pada tahun 1928 yang lalu dibantu oleh Tuan Ezarman, seorang bangsawan melayu. Batik jambi diyakini berkembang sejak jaman nenek moyang di Kampung Tengah yang letaknya berada di Sebrak Sungai Kota Jambi. Nian S. Djoemana pada 1986 menceritakan bahwa Batik Jambi ikut dikembangkan oleh Raja-Raja Melayu. Mereka ikut serta mempeloporinya dengan memakainya di dalam lingkungan istana, baik untuk pakaian sehari-hari maupun acara besar. Di jaman modern era 1980 an, Ir. Sri Soedewi Maschun Sofwan (Ibu Gubernur Jambi saat itu) bersama Ibu Lyli Abdurrahman Sayoeti menjadi pelopor batik Jambi era modern, dengan mendatangkan ahli batik tulis dari Yogyakarta. Dari situ mereka mengumpulkan banyak orang untuk belajar membatik. Teknik pembatikan yang diajarkan merupakan batik tulis dengan dua metode pewarnaan. Yang pertama adalah pewarnaan alam, dan yang kedua pewarnaan sintetis. Namun hingga saat ini teknik yang paling populer digunakan pengrajin batik Jambi adalah teknik pewarnaan sintetis.

Motif Angso Duo
Motif Angso Duo

Terdapat beberapa jenis motif batik Jambi yang terkenal diantaranya yaitu Motif Angso Duo. Motif Angso duo ini digambarkan dengan dua hewan angsa yang saling berhadapan atau beriringan pada beberapa modifikasi motif lainnya. Motif ini mengandung makna bahwa setiap orang haruslah selalu berusaha untuk mencari tempat yang lebih baik. Manusia di muka bumi juga diajakarkan untuk selalu selaras dan harmonis dengan sesamanya. Makna lainnya yaitu manusia juga diajarkan untuk tetap gigih dan sabar dalam berusaha.

Motif Batanghari
Motif Batanghari

Motif kedua yaitu Motif Batik Batanghari. Motif ini dilukiskan dengan pelbagai detail seperti gunung, sungai mengalir, flora, dan fauna. Nama Batanghari diambil dari nama sungai utama yang ada di Jambi dan salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Motif Batanghari berbentuk sulur tanaman yang membentang dari bawah ke atas, yang terinspirasi dari lekukan sungai Batanghari itu sendiri. Motif Batanghari bermakna perjalanan hidup orang yang penuh liku-liku seperti lekukan sungai Batanghari. Ada juga yang mengatakan bahwa kita diajarkan untuk pantang menyerah, ketika dihadapkan oleh masalah yang penuh liku, tetaplah mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya sampai ke hilir sungai.

Motif Kaco Piring
Motif Kaco Piring

Motif terkenal di Jambi yang ketiga yaitu Motif Bungo Kaco Piring. Jika dilihat sepintas, pada batik Jawa mirip dengan beberapa motif yang terlihat sama seperti motif Kawung atau motif Madubronto. Ini digambarkan dengan motifnya yang simetris dan tipikal (berulang). Nama Kaco Piring diambil dari motif bunga jeruk bercabang, dan terdapat kesalahan ketika menarik cantingnya sehingga membentuk bunga Kaca Piring (Gardenia Jasminoides). Makna dari motif ini adalah agar manusia diajarkan untuk selalu tegar dalam menjalani kehidupan dan menggambarkan hati yang bersih. Motif keempat yaitu Motif Bungo melati. Bunga melati di Jambi diilustrasikan lebih harum daripada bunga melati di daerah lainnya. Sekilas pula motif ini memiliki kemiripan seperti motif batik Jawa, yaitu motif Truntum, dimana motif ini berisi bunga-bunga kecil yang berulang di satu helai kain. Pesan yang terkandung pada motif ini adalah agar manusia tidak perlu memiliki sifat iri dengki, dengan selalu penuh syukur, dan makna lainnya menyimbolkan agar orang tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain dan tidak perlu tinggi hati.

Motif Durian Pecah
Motif Durian Pecah

Motif kelima yang juga terkenal yaitu motif Durian Pecah. Motif ini, sesuai namanya, digambarkan dengan buah durian yang terpecah atau terbelah dua. Motif ini juga merupakan motif yang mirip dengan motif ceplokan yang ada di batik Jawa. Motifnya yang juga berulang dan tipikal. Selain gambar buah durian, ornament lain yang mengisi motif ini adalah hiasan resam, daun pakis, bunga kangkung. Durian Pecah memiliki arti bahwa  durian merupakan buah istimewa bagi orang Jambi dan orang adat Jambi berpepatah “Alam terkambang jadi guru” artinya seenak apapun rasanya, jika sudah rusak tidaklah berguna. Dan orang diajarkan juga untuk menjaga sesuatu agar tidaklah rusak. Makna lain yang terkandung adalah pemimpin haruslah manah, tegas dalam ucapan dan perilakunya, juga memberikan manfaat bagi orang banyak.

Motif Tampuk Manggis
Motif Tampuk Manggis

Motif keenam dari Jambi yang terkenal yaitu motif Tampuk Manggis. Bentuknya yang juga mirip dengan Kawung Beton dan Madubronto ini, merupakan intepretasi dari buah manggis yang banyak dijumpai di Jambi dan tersusun rapi di sehelai kain. Jumlah aksen ornament di luar dan dalam kurungan pada motif haruslah sama, ini menggambarkan sifat masyarakat Jambi yang jujur dan terbuka. Kulit manggis yang hitam tetapi berwarna merah di dalamnya dan putih untuk warna buahnya, menyimbolkan bahwa jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya saja.

Motif Kapal Sanggat
Motif Kapal Sanggat

Motif keenam, dikenal banyak masyarakat Jambi yaitu motif Kapal Sanggat. Ilustrasi dari motif ini adalah kapal laut yang bentuknya kecil dan bermotif kongruen pada sehelai kain, yang juga ditemani beberapa objek lainnya seperti binatang laut (kepiting, udang, ikan, kerang, dll). Banyak pesan yang terkandung pada motif Kapal Senggat. Dinamai kapal senggat, karena senggat berarti kandas dalam bahasa melayu. Tafsirannya, kapal ini tidak dapat meneruskan perjalanan karena tersangkut sesuatu. Pesan adat setempat adalah “berlayar sampai ke pulau, berjalan sampai ke tujuan”, adalah peringatan bagi orang lain agar dalam mengerjakan sesuatu tidak boleh setengah hati, harus sampai tuntas dan selesai. Motif ornament lain berisikan hewan laut disekitarnya yang kaya akan protein seperti ikan, kepiting,dsb. Ini menandakan bahwa setiap orang, disekelilingnya banyak terdapat teman yang bermanfaat dan baik yang terkadang terlupakan disaat dalam perjalanan hidup yang butuh juga untuk diperhatikan. Makna terakhir, jika dilihat pada motifnya, tiang kapal digambar terbalik, tidak seiringan dengan bentuk kapal. Ini mengindikasikan bahwa seseorang harus tetap waspada dalam mengerjakan sesuatu. Janganlah lalai dalam menjalankan tugas yang dapat menyebabkan malapetaka di kemudian hari.

Motif Kuao Berhias
Motif Kuao Berhias

Motif terakhir yang akan dibahas yaitu motif Kuao Berhias. Kuao merupakan unggas atau hewan dalam spesies Argusianus, yang terdapat dua jenis, yaitu Kuao Raja (Argusianus Argus) dan Kuawo Bergaris Ganda (Argusianus Bipunctatus). Dua jenis Kuao ini merupakan hewan unggas asli Indonesia. Digambarkan pada kain, motif Kuao sedang bercermin sambil mengepakkan sayap. Direfleksikan Kuao sedang berkaca sehingga ada dua ekor Kuao pada satu bidang objek. Pesan yang terkadung pada motif Kuao ini adalah agar seseorang selalu melakukan introspeksi diri, selalu mengevaluasi diri apa yang menjadi kelebihan dan kekerungannya. Diharapkan dengan selalu memperbaiki diri, seseorang tersebut menjadi pribadi yang akan lebih baik lagi di kemudian hari.