Kain Tenun Indonesia

Kain Tenun Indonesia

Jenis kain wastra Indonesia tidak hanya batik saja, namun juga yang terkenal adalah tenun. Tenun secara proses pembuatannya dikatakan sederhana, karena prosesnya hanya menggabungkan benang-benang secara memanjang. Benang tersebut disilangkan secara bergantian. Beberapa bahan kain tenun meliputi serat kayu, kapas, maupun sutra.

Di Indonesia sendiri, seni menenun sangat berkaitan dengan kebudayaan, pemahaman, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan tentang lingkungan alam, dan kultur sosial dalam masyarakat. Tenun juga memiliki motif, warna, dan ciri khas tertentu yang mewakili daerah asal dari tenun tersebut.

Daerah-daerah penghasil tenun membentang dari sabang hingga merauke diantaranya adalah Tenun Batak, Tenun Palembang, Tenun Garut, Tenun Jepara, Tenun Jogja (Lurik), Tenun Bali, Tenun Sumba, Tenun Sengkang (Makassar), Tenun Toraja, dan lain-lain.

Beberapa perbedaan mendasar antara batik dan tenun meliputi beberapa faktor. Yang pertama adalah cara pembuatan. Batik dibuat dengan cara yang relatif sulit karena melalui 12 tahap pembuatan, sedangkan kain tenun dibuat relative lebih mudah, karena hanya menggabungkan beberapa benang yang dipadukan dengan alat tenun yang sering disebut Alat Tenun Bukan mesin (ATBM). Faktor kedua terletak pada motifnya.

Motif tenun tetap saja bervariasi, tetapi jika dibandingkan dengan motif batik di seluruh Indonesia, motif kain tenun tergolong lebih sedikit. Lalu motif-motif tenun jarang sekali yang diaplikasikan pada batik dan juga sebaliknya motif batik jarang diaplikasikan pada sebuah kain tenun. Faktor ketiga adalah pewarnaan. Warna untuk kain tenun relative lebih banyak, karena pencampuran warnanya bisa 10-15 warna sekaligus, dimana batik hanya bisa 2-3 warna saja.

Untuk faktor terakhir adalah, lama pembuatannya. Kain batik cap memakan waktu 1-2 minggu per helai kainnya, dimana batik tulis memakan waktu 1 hingga 6 bulanan tergantung tingkat detailnya. Sedangkan kain tenun biasanya mirip dengan lamanya proses batik tulis yang memakan waktu bulanan, karena diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Sehingga, hal itu juga mempengaruhi harga sehelai kain tenun yang tergolong mirip dengan harga batik tulis yang berkisar antara ratusan hingga jutaan rupiah per helainya.