Proses, Peralatan dan Bahan Membuat Batik

MEMBUAT BATIK

Proses, Peralatan dan Bahan Membuat Batik Indonesia

 
Proses Membuat Batik Indonesia

Proses membuat batik dibagi menjadi beberapa proses. Pertama membuat batik tulis, dimana canting dipakai sebagai pen untuk menulis atau menggambar. Canting biasanya terbuat dari dari kayu yang ujung gagangnya terbuat dari kuningan atau plat seng dan berbentuk lancip. Canting biasanya dimasukkan ke dalam wajan yang berisi lilin malam yang nantinya digunakan sebagai tinta menggambar.

Kelebihan dari batik tulis asli adalah pembeli akan memiliki kebanggan tersendiri karena batik tulis asli biasanya hanya diproduksi satu, tidak pernah ada yang sama. Sehingga tidak ada orang lain yang memakai batik yang serupa.

Kekurangannya adalah waktu yang diperlukan untuk membuat batik relative cukup lama, mulai dari dua hingga enam bulan untuk satu kain. Juga, harga yang ditawarkan akan relatif tinggi karena proses yang lama tersebut.

Ciri khusus dari batik tulis adalah motifnya yang cenderung tidak beraturan atau berantakan, misalnya membuat satu buah bulatan dengan lainnya tidak sama karena menggunakan tangan.

Proses yang kedua adalah membuat batik cap. Proses pengecapan dilakukan dengan cetakan atau canting yang terbuat dari besi atau aluminium yang relative besar. Canting yang besar tersebut juga dilumurkan ke dalam wajan berisi lilin malam.

Kelebihan teknik ini adalah mempersingkat waktu produksi karena efek canting yang besar yang ketika produksi seperti alat cap seperti di kantor pos sehingga media kain akan cepat terisi motif. Harga yang ditawarkan juga akan lebih murah karena produksinya lebih masal.

Kekurangan dari kain batik cap adalah akan lebih banyak pemakai yang memiliki motif yang sama karena produksinya masal. Ciri khusus dari batik cap adalah motifnya yang berulang dan sama.

Proses ketiga adalah membuat batik kombinasi dari tulis dan cap. Teknik pembatikan ini hanya menggabungkan kedua proses di atas. Pada kenyataan di pasaran, banyak kain kombinasi yang terdapat lebih banyak teknik cap daripada tulisnya.

Fakta lapangan ini didasari oleh banyaknya batik kombinasi yang proporsinya tidak seimbang dan dapat terlihat pada kain. Harga dari batik kombinasi tidak semahal batik tulis, tapi di atas harga batik cap.

Motif yang dihasilkan cenderung mengikuti motif-motif batik tulis agar terlihat ekslusif. Sehingga itu menjadikan salah satu keuntungan dalam membeli batik kombinasi cap tulis atau yang akrab di telinga pedagang, batik cap.

Proses keempat yang juga sangat popular di pasar batik di Indonesia yaitu membuat batik cetak atau printing. Batik printing tidak berbeda dengan proses garmen lainnya. Dicetak dengan system produksi masal, batik printing menjadi populer karena bias dijual dengan harga yang sangat murah seperti kemeja atau baju lainnya. Banyak pemerhati dan pengamat batik Indonesia menganggap bahwa batik proses cetak bukanlah batik, melainkan tekstil bermotif batik.

Proses terakhir yang juga sangat terkenal adalah tenun. Proses penenunan merupakan proses yang dimulai dari pemintalan benang benang yang dirangkai menjadi satu.

Terdapat dua alat tenun yang ada, yaitu ATM (Alat Tenun Mesin) dan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). ATM biasanya dipakai untuk memproduksi sarung dalam proses yang cepat dan masal. ATBM lebih untuk beberapa kain tenun yang dipakai untuk kemeja, dimana pemintalan benang dilakukan oleh manusia. Media yang digunakan seperti meja pemintalan sederhana dengan menyatukan benang-benang tersebut.

Beberapa bahan yang lazimnya dipakai sebagai media batik mulai dari kain katun hingga sutera. Kain katun pun dibagi menjadi beberapa macam dilihat dari ketebalannya. Dari mulai bahan yang tebal sampai ke yang tipis, katun mori prima, katun primisima, katun bendera, katun kereta kencana, hingga katun saten yang tertipis.

Begitu pula dengan sutera terdapat beberapa macam ketebalan. Beberapa sumber mengatakan, semakin tipis bahan katun, maka harganya semakin mahal, berbanding terbalik dengan sutera, semakin tipis semakin murah harganya.

Ada beberapa anomaly yang terjadi di pasaran, dimana banyak penjual yang mengaku menjual batik bahan sutera lebih murah, yang kenyataannya diganti dengan bahan serupa tapi berbeda, seperti katun dobi dan viskos yang memiliki tekstur mirip dengan sutera.