Negara Penghasil Batik Selain Indonesia

Negara Penghasil Batik Selain Indonesia

Batik merupakan salah satu komoditi asli Indonesia menurut UNESCO, yang dimanifestasikan dengan diberikannya penghargaan sebagai Kekayaan Non Bendawi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun jika ditelaah kembali jauh ke belakang, ke peradaban sebelumnya, kesenian batik juga dijumpai di berbagai belahan dunia lainnya. Banyak diantaranya berumur lebih tua dibandingkan kesenian batik yang terdapat di Indonesia sendiri. Kita akan coba telaah beberapa negara tersebut.

Sri Lanka

Negara yang terletak di tengah Samudera Hindia ini merupakan negara kepulauan yang relatif kecil. Tetapi ternyata Sri Lanka menyimpan kekayaan seni yang tinggi. Ada beberapa sumber mengklaim bahwa batik sebelum diperkenalkan di Indonesia, terlebih dahulu singgah dan disebarkan di Sri Lanka. Salah satu jalan di Kota Kolombo, Ibu Kota Sri Lanka, yang terkenal menjual pernak pernik batik yaitu di Hikkaduwa’s Galle Road Trip, dengan motif terkenalnya yaitu Vigorousness yang berasosiasikan dengan asal sang pengrajinnya.

Batik Sri Lanka kebanyakan memiliki motif dari alam dan mitologi lokal disana, seperti suasana pedesaan, binatang gajah yang disakralkan karena mayoritas penganut agama Hindu, juga beberapa gambar kuil dan istana setempat. Pengaplikasiannya dihasilakan ke pajangan dinding, bed cover, bantal, dan juga taplak meja.

Afrika

Berbeda dengan Sri Lanka yang lebih dahulu mengembangkan kesenian batik di negaranya lalu disebarkan ke Indonesia, beberapa negara di Afrika ini yang mendapatkan inkulturasi budaya batik justru dari Indonesia. Berawal di abad ke-19 pada jaman Kolonial Belanda, tepatnya antara 1810-1862, banyak tentara Afrika Barat yang dikontrak pemerintah Belanda mengagumi kesenian batik di Indonesia. Ketika pulang ke negaranya, mereka memberikan oleh-oleh istri dan kerabat mereka batik asli Indonesia.

Sehingga setelahnya berkembangalah batik di Afrika Barat yang didominasi oleh negara seperti Senegal, Pantai Gading, dan Mali. Batik Afrika disebut atau populer dengan sebutan Ankara  atau African Wax. Corak kain batik Afrika didominasi oleh motif-motif kekayaan alam setempat seperti flora, fauna, dan beberapa motif tribal asli Afrika, sedangkan warnanya banyak ditorehkan dengan warna-warna cerah seperti kuning, hijau, dan merah. Pengaplikasian beberapa batik Afrika juga terdapat pada baju terusan wanita, syal wanita, juga dasi pria. Salah satu tokoh terkenal asal benua Afrika yang sangat menggemari dan mencintai batik, adalah Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan yang sehari-hari mengenakan kemeja batik.

Thailand

Banyak yang bertanya-tanya mengapa Thailand juga memiliki kesenian batik. Tidak dapat dipungkiri Indonesia dan Thailand memiliki banyak kesamaan, disamping secara geografi merupakan negara tetangga di Asia Tenggara. Teknik membatik batik Thailand dikenal luas sebagai teknik wax-resist dyeing atau phanung. Beberapa lokasi di Thailand seperti Koh Samui banyak dijadikan sebagai sarung untuk bersantai. Berbeda jika ditemui di Ibu Kota di Bangkok, batik Thailand banyak digunakan sebagai baju seperti kemeja pria, yang diaplikasikan di kain katun maupun sutera Thailand yang terkenal. Motif batik Thailand banyak diambil dari motif fauna seperti kupu-kupu dan gajah sebagai symbol keindahan negara Gajah Putih tersebut.

Suriname

Negara yang terletak di utara benua Afrika ini merupakan salah satu negara yang menggemari kebudayaan batik. Tidak salah jika dikatakan seperti itu karena populasi orang Suriname merupakan mayoritas etnis Jawa. Dimulai pada akhir abad ke-19 ketika pemerintah Hindia Belanda membawa orang Jawa untuk bekerja di teritori jajahan Belanda lainnya yaitu Suriname. Begitupun dengan bahasa asli orang Suriname yang juga fasih berbahasa Jawa kuno. Seluruh penamaan marga dan nama keluarga juga masih memakai nama asli Jawa. Tak mengherankan jika masih banyak batik sangat digemari disana sebagai busana sehari-hari orang Suriname. Motif yang terdapatpun juga banyak disadur dari motif-motif klasik Jawa seperti Sidomukti, Sidodadi, dan Sidoluhur