daya tarik tenun sengkang

Daya Tarik Tenun Sengkang dari Sulawesi Selatan

Seperti yang sudah sering kali dibahas, bahwa Indonesia sangatlah kaya akan ragam budayanya, terutama di bidang aspek busana. Busana yang merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sejarah dan peradaban bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala memegang arti yang mendalam bagi para pelakunya.

Salah satu kain wastra yang paling terkenal dari timur Indonesia yaitu kain tenun Sengkang. Kain tenun Sengkang adalah salah satu tradisi turun temurun masyarakat asli Sengkang, Sulawesi Selatan. Lebih tepatnya ada di Desa Pakanna, Kecamatan Tanasitolo yang dimana hamper seluruh penduduk disana merupakan penenun. Setelah itu berkembanglah tenun Sengkang di desa-desa lainnya seperti Desa Empagae dan Desa Assorajang.

kain tenun sengkang

Sumber sejarah mengatakan bahwa kain tenun Sengkang tidak hanya memiliki fungsi utama untuk menutup aurat badan pada jaman dahulu kala, tetapi juga aspek-aspek lainnya. Beberapa aspek penting seperti sosial, agama, estetika, dan ekonomi juga berada di dalam akar budaya itu sendiri.

Fungsi sosial ditunjukkan seperti halnya kain tenun Sengkang juga beberapa kali dapat digunakan dalam menunjukkan derajat ekonomi seseorang. Semakin rumit dan semakin bagus kain sutra nya maka akan menunjukkan kekayaan seseorang atau sebuah keluarga.

Dalam aspek agama, tenun Sengkang juga dapat digunakan dalam beberapa acara adat keagamaan setempat. Aspek estetika, dimana seiring perkembangan jaman pula, banyak sekali orang yang berlomba-lomba dan membeli tenun Sengkang sehingga sering dijumpai kain tenun Sengkang dengan berbagai macam corak dan warna yang tidak hanya dipakai di acara-acara formal, tapi juga acara-acara informal seperti busana santai.

Fungsi ekonomi juga ditunjukkan dengan adanya pertambahan nilai yang dihasilkan dari berdagang kain tenun Sengkang yang semakin mensejahterakan pada penenunnya.

Busana dari Tenun Sengkang

Dahulu pula, tenun Sengkang merupakan busana pribadi yang digunakan untuk beberapa hajatan penting, dimana hingga saat ini masih banyak orang memakainya khususnya untuk perayaan hari Raya Lebaran.

Sengkang secara implisit juga memiliki aspek pendidikan di dalamnya, dimana tradisi masyarakat asli Sulawesi Selatan atau yang dikenal dengan masyarakat Bugis, mendidik anak perempuan mereka untuk menenun. Dimana stigma yang melekat adalah anak perempuan yang telah dewasa diharuskan untuk menguasai cara menenun.

Seiring pula dengan laju pesatnya pariwisata di Sulawesi Selatan, maka kehadiran kain tenun Sengkang sangat diminati tidak hanya turis lokal tapi juga turis mancanegara. Tenun Sengkang juga memiliki banyak motif  yang dibuat dengan corak vertical maupun kembang.

Salah satu pantangan yang dipegang penenun hingga saat ini adalah dimana mereka harus menciptakan corak yang genap atau tidak boleh ganjil. Beberapa contoh coraknya seperti Cobo, Makkali, Balo Tettong, Balo Renni, Ukiran Toraja, dan juga Aksara Bugis.

Ada pula aturan yang dipakai sesuai status sosial mereka, dimana anak lajang dan yang sudah menikah memiliki aturan untuk mengenakan warna atau corak tertentu untuk menjadi penanda status mereka.