4 Ragam Batik Pontianak

4 Ragam Batik Pontianak

Pontianak merupakan kota yang berlokasi di provinsi Kalimantan Barat yang merupakan kota yang tepat berada di garis ekuator. Kota yang bercirikan panas yang terik dan kulinernya yang beragam. Tapi tidak hanya itu, ternyata Pontianak menyimpan banyak sekali nilai kebudayaan yang jarang terekspos, salah satunya mengenai budaya batik. Batik asli Pontianak memiliki beragam corak yang juga memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Berikut 4 ragam batik asli Pontianak.

1. Motif Batik Insang

Motif Batik Insang

Corak yang pertama yang akan kita bahas adalah motif insang. Motif insang digambarkan dengan motif zigzag yang bercorak abstrak, yang biasanya digambar pada sehelai kain batik maupun tenun. Umumnya motif insang ini dapat dikenakan oleh elemen masyarakat apapun di kota Pontianak, yang juga dapat dikenakan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, pertunangan, dan sunatan. Sejarahnya diawali dengan masa Kesultanan Kadriah pada tahun 1771 di bawah kepemimpinan Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadrie, mulanya kain corak ini dikenakan oleh hanya kaum bangsawan saja. Corak ini dahulu kala digunakan sebagai symbol status sosial. Banyak diantara masyarakat jaman dahulu juga menggunakan motif insang ini sebagai hadiah persembahan kepada sang raja. Arti utama dalam corak motif insang adalah penggambaran peradaban masyarakat Pontianak yang berada di sepanjang Sungai Kapuas. Para nelayan yang menggantungkan hidup di sepanjang sungai itu menjadikan ikan sebagai symbol rasa syukur mereka. Sehingga terciptalah motif insang yang bermotif zigzag tadi mirip dengan insang ikan yang digunakan sebagai alat pernapasan.

2. Motif Batik Tidayu

Motif Batik Tidayu

Corak yang kedua adalah motif batik Tidayu. Motif tidayu secara etimologis adalah kependekan dari Tionghoa, Dayak, dan Melayu, dimana ketiga etnis ini bermukim dan merupakan 3 etnis terbesar di Pontianak khususnya di kota Singkawang. Motif ini awalnya menjadi sayembara oleh istri Walikota Singkawang periode 2007-2012, Hasan Karman, yaitu Elisabeth Majuyetty. Corak tidayu ini digambarkan seperti kembang-kembang yang lentik dan beraneka macam warna. Motif tidayu sendiri memiliki 6 corak yang berbeda, yaitu Lembayung, Beuntai, Lampion, Rimba, Bangau, dan Harmoni. Setiap corak mewakili unsur etnis yang terdiri dari 3 bagian tersebut. Seperti contohnya motif Rimba yang merupakan motif pucuk rebung yang menjadi ikon Melayu di Sambas yang dicirikan seperti hutan rimba, di atasnya digambarkan burung Hong pada mitologi Tiongkok dan burung Enggang yang mewakili kebudayaan masyarakat Dayak.

3. Motif Batik Awan Berarak

Motif Batik Awan Berarak

Motif ketiga adalah motif Awan Berarak. Bentuknya yang sesuai dengan namanya, bentuk awan merupakan motif khas Pontianak. Dahulu kala, motif Awan Berarak ini dipakai oleh Kerajaan Amantubilah Mempwah, dan hanya dikhususkan untuk keluarga kerajaan saja. Motif nya yang berbentuk motif mahkota pada rumah melayu Ketapang, bermkana ketinggian derajat seseorang yang memakai motif ini. Motifnya juga dipadukan dengan motif kembang sekaki yang ada pada hiasan pagar bangunan Melayu, bersimbol adanya perkawinan silang antar keluarga dan motif cengkrama yang bermakna kekeluargaan dan rasa saling menyanyangi antar sesame manusia.

4. Motif Batik Dayak

Motif Batik Dayak

Motif keempat yang akan dibahas adalah motif masyarakat asli Kalimantan, yaitu motif Dayak. Etnis Dayak merupakan suku asli Kalimantan yang memiliki sejarah yang panjang dan lama yang mendiami bumi Borneo. Secara filosofis ada tiga unsur yang menyimbolkan motif Dayak ini, yaitu alam, religius, dan unsur yang hanya terdapat pada masyarakat Dayak. Coraknya digambarkan dengan pola ikan Arwana dan pola bunga-bunga. Biasanya motif Dayak ini dipakai pada acara adat dan acara keagamaan yang dipakai oleh para tetua adat dan orang yang dituakan.